Cerpen : Siti Nurbaya di zaman modern

Namaku Eni usiaku 20 tahun. Setelah lulus SMA aku tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi karena keterbatasan biaya akhirnya kedua orang tua ku menyuruhku untuk mesantren dan mempelajari ilmu agama. Namun, karena masalah yang sama aku cuma bisa bertahan tiga bulan di pesantren. Mama ku sakit harus di operasi dan harus rutin berobat, karena keuangan untuk mengobati mama aja gak cukup akhirnya aku mengalah untuk tidak melanjutkan mesantren.
Selama tidak pergi ke pondok pesantren aku mendalami ilmu di kampung halamanku sambil mengurus mama yang sakit dan adikku yang masih kecil.
Setelah setahun menganggur aku bertemu dengan teman-teman ku yang kuliah, mesantren atau bahkan ada yang kerja di kota.
Rasanya hatiku amat sangat teriris, aku ingin sekali melanjutkan pendidikan atau memanfaatkan ijazah untuk bekerja.

Lebaran hari dimana orang-orang berkumpul dengan keluarganya, yang dari kota pulang ke kampung halaman bertemu sanak saudara bersilaturahmi dengan kerabat dekat maupun jauh.
Lebaran ini tahun ke dua aku di rumah, dan lebaran ini pula aku bertemu dengan saudara jauh papah aku yang tinggal di kota.
Papa mengenalkan aku kepada teh Rini, dia anaknya uwa nya papa. Teh Rini sudah berumahtangga suaminya kerja kantoran di perusahaan BUMN teh Rini sendiri bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta. Setelah ngobrol panjang lebar aku memberanikan diri bertanya masalah pekerjaan
"Teh ada kerjaan gak ya buat aku disana" ujarku
"Kamu mau bekerja?"
"Iya teh, aku mau bekerja. Sayang ijazah kalau gak di pake"
"Emangnya kamu lulusan apa?"
" Aku lulusan SMA teh"
"Aku tanyain  dulu ke temen, kemaren sih dia bilang di tempat kerjanya ada yang keluar. Siapa tau masih kosong" ujar teh Rini sambil memegang handphone Nya.

Sambil menunggu balasan SMS, kami mengobrol kesana kemari tentang pengalaman dia di kota tentang keluarganya yang mudik harus di bagi sama ke Cibinong.
Beberapa menit kemudian suara handphone teh Rini bunyi. Teh Rini langsung membuka handphone nya dan tiba-tiba dia tersenyum
"Alhamdulillah kata temen aku masih kosong, tapi gajinya kecil cuma 1,5 JT mau gak" sambil memandang ke arahku
Aku menyambut tawaran teh Rini dengan senang hati
"Aku mau teh, gaji segitu ma gede teh" ujarku
"Yaudah berarti lusa hari Minggu kamu ikut sama kami biar hari Senin langsung interview
"Iya teh aku bilang dulu ke orang tuaku"


Pukul 19.30 wib aku bercerita tentang tawaran pekerjaan dari teh Rini kepada mama sama papa. Papa setuju asal bisa jaga diri dan dia juga akan menitipkan aku ke papa nya teh Rini. Tapi mama masih tidak mengizinkan takutnya aku salah bergaul di kota.
Akhirnya aku SMS ke teh Rini untuk meyakinkan mama dan meminta izin agar bisa bekerja.
Malam Minggu teh Rini datang ke rumah bersama keluarga nya dan papa Nya dia meyakinkan kepada kedua orang tuaku untuk mengizinkan aku bekerja di Jakarta akhirnya mama setuju dan menyiapkan segala kebutuhan ku untuk di bawa besok pagi.

Minggu pukul ,06.30 wib aku berpamitan kepada kedua orang tua ku, tetangga dan saudara yang deket. Akhirnya kami berangkat ke Jakarta. Sementara selama aku masih belum punya gaji aku ikut dulu di rumah teh Rini, setelah aku punya gaji aku akan ngontrak sendiri di Deket tempat aku bekerja.
Keluarga teh Rini sangat baik mereka memperlakukan aku seperti keluarganya sendiri.

Senin pukul 06.00 aku sudah izin berpamitan untuk ketemu temannya teh Rini dan dibawa interview.
Pukul 08.00 aku ketemu temannya teh Rini dan di bawa ke ruangan HRD dan hasilnya Alhamdulillah aku diterima bekerja namun harus training dulu selama 1 bulan. Selama satu bulan training aku gak akan dapat gaji cuma dapat makan sama transport.

Setelah satu bulan training, akhirnya aku mulai bekerja di bagian pencatatan di gudang garmen. Aku bekerja seperti karyawan pabrik pada umumnya gajiku satu bulan pertama 1.500.000 setiap bulannya naik 50.000. setiap gajihan aku menyisihkan gajihku untuk akomodasi selanjutnya, ngirim ke kampung 500.000 dan di tabung untuk bayar kontrakan nanti.
Tiga bulan aku bekerja di pabrik ini rasanya mulai capek tapi senang sekarang aku udah bisa ngontrak sendiri, pukul 17.00 aku nelpinlagi rebahan belum mandi ibu nelpon dan   membicarakan bahwa anaknya temannya yang juga merupakan teman SMP ku dulu dia udah menikah. Lalu mama memintaku untuk segera menikah dengan alasan biar gak bikin mereka khawatir namun aku menolaknya karena aku masih ingin karir.
.hari berikutnya mama nlp lagi bahwa ada seorang pemuda yang datang ke uwa kakaknya papa lelaki tersebut merupakan tukang suruh uwaku.
Aku tetap masih bersikeras gak mau pulang ingin tetap bekerja.
Sampai hari terakhir mama nlp lagi bahwa lelaki tersebut sudah sering ke rumah..
Rasanya aku ingin berkata "ini bukan lagi zaman Siti Nurbaya, aku juga bisa nyari lelaki yang terbaik untukku"
Hari-hari berikutnya mama nelponin aku setiap kali mama ngobrolin pernikahan aku matiin...
Tapi hari terakhir uwa yang nelpon dan menyalahkan aku dari telephon bahwa mama sakit lagi dan harus di baw ke ICu dan aku harus pulang hri ini juga.
Aku pulang dan meminta izin kepada atasan besok  senin gak bisa masuk karena kondisi  mama di sana.
Pukul 06.00 aku pulang, nyampe rumah pukul 02.00 .dan ini sangat kejutan bahwa rumah sudah di hias ala-ala mau hajatan pernikahan.
Aku sih masih positif thinking mungkin om aku adiknya dari mama mau nikah disini.
Pukul 19.00 aku di panggil dan bertemu dengan dua keluarga di antaranya ada seorang pemuda berusia+-35 tahunan.
Dan inilah sebuah petir yang menyambar tanpa ada hujan.
Lelaki yang usianya jauh banget dari aku itu adalah calon suamiku. Dia bekerja di bengkel dan penggilingan ya dia sebagai tukang panggul.

Ingin sekali aku pergi dari rumah ini dan tidak usah kembali tapi apa daya tubuhku lemah aku juga sangat menyayangi kedua orang tua ku.. mereka pasti sedih dan marah kalau harus batal pernikahan ku.   Mereka pasti malu. . terpaksa Senin pukul 8.00 wib aku menerima pinangan lelaki tersebut demi mana dan papa.

Akhirnya Selasa pukul 16.00 dia mengucapkan akad pernikahan di depan penghulu dan saksi. Aku memutuskan untuk tidak kembali ke kota dan berharap dia lelaki terbaik yang Allah kirimkan untuk menjadi imamku. 
Jika kalian berbicara cinta, jangankan cinta melihat wajahnya pun ini kali pertama aku melihatnya, jika berbicara sayang boro-boro sayang yang ada aku enek melihat nya.
Akhirnya demi mama dan bapak aku ikhlaskan perasaan ku ini.
Mungkin ini yang disebut film suri Nurbaya di zaman modern. 

Popular posts from this blog

Aplikasi Program Linear

MENERAPKAN ATURAN SINUS

Determinan Matriks