Cerpen Wisuda Akbar ALQUMI (Assosiaton Lembaga Quran Mahasiswa Indinesia)

*Sahabat Quran*

Oleh: Rasi Yugafiati, M.Pd

Kala itu kendaraan tumpah ruah di ruas jalan Bandung. Sejak mulai tengah kota, hingga menuju banyak wilayah wisata di sepanjang Lembang. Roda empat berplat B dan banyak kendaraan dengan kode area luar kota kembang, berderet berjejal.  Mentari menumpahkan semburat hawa panas sejadi-jadinya di tengah hari. Rupanya libur panjang menjadi istimewa sebab akhir pekan ditambah dengan libur hari besar. Animo orang untuk berlibur dan berpelesir di ibukota priyangan mengakibatkan kemacetan total di banyak rute. Di antara penduduk bumi yang terjebak di pusaran keruwetan jalanan, beliau yang terkenal di antara penduduk langit ada di sana.

Kami masih menanti beliau, gurunda kami. Beliau seorang syeikh yang amat muda, seorang pemegang sanad qiro'ah asyroh, sanad al jazari, dan sanad tuhfathul athfal. Sebuah acara wisuda akbar tilawah seIndonesia yang diadakan serentak di 11 kota membuat beliau terpanggil untuk membakar semangat qurani agar gelegaknya membuncah melimpah. Perhelatan tersebut digawangi sebuah organisasi yang dibina langsung oleh seorang kyai kenamaan di negeri ini, pimpinan pesantren yang berfokus pada quran.

Kami dengan sabar menanti beliau, oase bagi iman kami yang carut marut. Setengah jam kemudian, beliau tibalah sudah. Jauh jarak kami dari beliau, namun aura nya saja sudah membius semangat kami untuk mengepak mengangkasa. Duhai, bertemu dengan syeikh saja, sudah menghentak yazid iman kami. Apalagi bertemu dengan kekasih Allah? Entah bagaimana jadinya performa yang distel dengan prima. Wahai Rasulullah, kami rindu nan tiada bertepi. Semoga selawat dan salam terhantar padamu, dari kami yang terpisah berabad jarak.

Syeikh yang belia itu hadir dan menyapa kami dengan salam terbaik yang diucapkan oleh para malaikat. Sebuah peci berwarna merah menyala dan jubah panjang berwarna khakhi nan elegan, menjadi pertanda luhurnya pemahaman beliau tentang agama karna kesungguhan ikhtiar tolabul 'ilm.

"Apa yang sedang kalian baca? Alquran atau mushaf?" beliau menunjuk kitab suci yang berada di depan para peserta wisuda. Kami terdiam.

"Kalau kalian bertilawah menggunakan hape, apa yang kalian pegang itu? Quran atau hape?

Quran itu kalamullah. Perkataan Allah. Mulai dirumuskan untuk ditulis dengan kaidah yang mudah difahami, pada zaman Ustman. Karna kala itu, islam semakin meluas, dan terjadi perbedaan bagaimana membaca nya. Apakah perbedaan cara membaca itu salah?

Tergantung,

Tergantung darimana riwayat bacaan tersebut dibawa.

Dulu, penulisan alquran itu tidak ada syakal nya, tiada garis miring di atas - di bawah, tak pula ada titik.
Oleh karna itu, distandarisasi merujuk pada satu riwayat. Tapi tak berarti riwayat yang lain salah. Ada riwayat imam hafs, imam warsy, dan lainnya.

Ketika zaman peperangan umat islam dan mongol, mushaf dikumpulkan dan dibakar habis. Pertanyaannya, apakah alquran itu musnah?

Tidak.

Yang hilang adalah mushaf yang ada tulisan quran di dalamnya. Al quran tak musnah. Tetap ada, karna al quran adalah kalam Allah.

Bila halaman 1 dan 2 di mushaf sobek, apakah itu quran? Itu tetap quran.

Lain hal nya bila dalam mushaf ada yang menyisipkan perkataan selain kalam Allah, entah itu hadist ataupun perkataan sahabat, batal itu sebagai Al Quran.

Alquran itu murni dan sesuai tata bahasa Arab. Itulah sebabnya kita perlu belajar 'ulumul quran. Supaya tahu dan yakin bahwa alquran yang kita baca memang murni dan asli.

Itu sebabnya ada yang dikenal dengan ber talaqqi, belajar ilmu agama, belajar quran yang bersanad, terus menerus bersambung pada rasulullah. Supaya kita yakin riwayat mana yang digunakan dan menyambung sampai rasulullah saw. Bila tersambung hingga rasulullah, tahulah kita bahwa itu adalah kalamullah." Panjang lebar beliau mengupas fenomena 'ulumul quran. Hingga beliau mencontohkan qiro'ah sab'ah.

Waktu berkeping tergerus masa. Saat berakhirnya acara hampirlah tiba. Ada yang menarik tentang bagaimana beliau membahas sahabat quran.

Allah mewariskan quran, pada siapapun yang Ia kehendaki. Namun, kita tahu kisi-kisi mengenai siapa pewaris quran.

Kelak di saat kuburan dibentangkan, manakala kita menggigil ketakutan karna gelap sepi dan tak ada tempat kenbali, ada sesosok yang menghampiri. Wajahnya bercahaya, senyumnya sumringah manis sekali.

```Kamu ingat padaku?```

_Tidak._

```Coba ingat-ingat lagi. Apa kamu ingat padaku?```

_Tidak._

```Aku adalah yang dahulu membuat tenggorokanmu kering,

Dan aku adalah yang dahulu membuat mata mu perih pada malam hari di kala orang-orang sedang terlelap tidur.```

Jadi, pertanyaannya, bila kita ingin menjadi sahabat Alquran. *Apakah kita sudah intens berinteraksi dengan quran?* Bertilawah ataupun menghafal hanyalah syareat jalan kita menjadi sahabat quran. Yang terpenting adalah, seberapa banyak kita berinteraksi dengan quran yang menjadi sahabat dan pembela kelak di liang lahat.

Indikator itu ditandai dengan dua hal:
1. *Berinteraksi dengan quran, baik itu bertilawah ataupun menghafal, hingga tenggorokan kering*

2. *Berinteraksi dengan quran, di malam hari hingga mata terasa perih*

Sudah bukan jadi alasan tidak bisa menghafal quran karna kesibukan. Pernahkah berfikir untuk mengulang hapalan ketika berkendaraan? Sayang sekali bila mengendarai motor atau mobil dengan otak yang kosong. Isilah dengan mengulang-ulang hapalan. Apakah itu sehari tiga ayat di ulang-ulang manakala berkendara, bisa-bisa dapat seratus kali mengulang."

Semoga Allah senantiasa menjaga syeikh dengan penjagaan terbaik.

#truestory
#romantismepenghafalquran
#fernandezdanbidadaritakbersayap

*bila dirasa bermanfaat, sangat boleh di share sebanyak-banyaknya*

(postingan ke 20)

Popular posts from this blog

Aplikasi Program Linear

MENERAPKAN ATURAN SINUS

Determinan Matriks